Sejarah Panjang Kutai Kartanegara, dari Kerajaan hingga Jadi Kabupaten

Balikpapan, IDN Times – Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2020 tinggal beberapa bulan lagi. Persiapan menyambut ajang lima tahunan itu tengah disusun sejumlah daerah. Tak terkecuali di Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar), Kalimantan Timur. Kabupaten ini menjadi sorotan karena segera akan dibangun menjadi Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia yang baru.
Beberapa tokoh sudah menyatakan diri bakal ikut berkompetisi di Pemilihan Bupati (Pilbup) Kukar pada Pilkada 2020 akan digelar serentak di Indonesia pada 23 September 2020 mendatang.
Lantas, bagaimana persiapan Pilbup di Kukar? Siapa saja kontestan yang akan maju dalam pesta demokrasi terbesar di Kota Raja itu? Berikut ulasan tentang Kukar yang dihimpun IDN Times dari berbagai sumber.
1. Kukar daerah terluas di Kaltim

Kabupaten Kutai Kartanegara adalah daerah terluas di Provinsi Kalimantan Timur. Luas daratannya 27.263,10 kilometer persegi. Sedangkan luas perairannya sekitar 4.097 kilometer persegi. Di Kukar terdapat 18 kecamatan dan 225 desa atau kelurahan dengan jumlah penduduk sekitar 650 ribu jiwa.
2. Awal mula julukan Kota Raja

Berbicara soal pemimpin daerah, Kukar punya sejarah panjang. Tahukah kamu, pemerintahan pertama di Indonesia ada di Kukar. Menurut sejarah, diyakini kerajaan tertua di Nusantara adalah Kerajaan Kutai yang berdiri pada abad IV. Hal ini dibuktikan dari tujuh prasasti Yupa yang ditemukan di Kecamatan Muara Kaman.
Secara garis besar, isi ketujuh Yupa beraksara Pallawa dan berbahasa Sanskerta itu mengisahkan tentang raja-raja yang pernah memimpin Kerjaan Kutai. Seperti raja pertama adalah Kudungga. Setelah Kudungga, Kerajaan Kutai dipimpin anaknya atau menantunya, Aswawarman.
Aswawarman memiliki tiga anak, salah satunya Mulawarman. Setelah Aswawarman, dinasti Kerjaan Kutai dilanjutkan oleh Mulawarman. Mulawarman disebut-sebut sebagai raja paling masyhur kerajaan ini yang berkuasa pada abad IV.
Pada masa pemerintahan Mulawarman, nama Kerjaan Kutai disempurnakan menjadi Kerajaan Kutai Martadipura. Dari semua catatan sejarah inilah Kukar mendapat julukan sebagai Kota Raja.
3. Dari kerajaan menjadi kesultanan

Pada abad ke-16, terjadi perang antara Kerajaan Kutai Martadipura dengan Kerajaan Kutai Kartanegara. Dalam pertempuran ini, Kerajaan Kutai Martadipura kalah. Sebagai pemenang, Kerajaan Kutai Kartanegara kemudian mengambil alih wilayah Kerajaan Kutai Martadipura. Dua kerajaan ini pun bergabung dan bernama Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Pada abad ke-16 ini pengaruh Islam masuk di kerajaan yang bercorak Hindu tersebut. Setelah Raja Aji Pangeran Sinum Panji Mandepa memeluk agam Islam, Kerajaan Kutai Kartanegara Ing Martadipura berubah nama menjadi Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
4. Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura menyatakan masuk wilayah Indonesia dan berubah menjadi kabupaten

Sultan Aji Muhammad Parikesit adalah pemimpin terakhir Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura. Dia menjadi sultan ke-19. Pada Januari 1950, secara terbuka, Parikesit mengumumkan bahwa Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura masuk ke wilayah Indonesia.
Kemudian, pada 21 Januari 1960, Kesultanan Kutai Kartanegara berakhir, dan mengganti nama menjadi Kabupaten Kutai. Kala itu, Kabupaten Kutai dipimpin Aji Raden Padmo. Dia berkuasa selama empat tahun.
Pada 1999, Kabupaten Kutai dimekarkan menjadi empat daerah otonom, yaitu Kabupaten Kutai, Kabupaten Kutai Barat, Kabupaten Kutai Timur, dan Kota Bontang. Pemekaran ini berdasarkan Undang-Undang Nomor 47 Tahun 1999.
Pada 2002, ketika Indonesia dipimpin Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur, Kabupaten Kutai berubah nama menjadi Kabupaten Kutai Kartanegara. Pada masa pemerintahan Gus Dur ini juga, Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura dihidupkan lagi sebagai upaya melestarikan budaya adat Kutai Kedaton.
5. Catatan hitam pemimpin Kukar
Saat ini Kukar dipimpin Bupati Edi Damansyah. Ia wakil bupati yang kemudian menggantikan Rita Widyasari yang terjerat kasus korupsi pada pertengahan 2017 lalu. Oleh Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta, Rita Widyasari divonis 10 tahun penjara pada 6 Juli 2018.
Ayah Rita Widyasari, almarhum Syaukani Hasan Rais, juga pernah menjabat Bupati Kukar. Sama seperti putrinya, Syaukani mengakhiri jabatannya karena terjerat kasus korupsi. Oleh Mahkamah Agung, Syaukani divonis enam tahun penjara setelah peninjauan kembalinya ditolak, pada 16 September 2009.
6. Dua perempuan siap ramaikan bursa calon Pilbup Kukar

Kini Kukar tengah menyiapkan pemimpin baru. Sejumlah nama telah menyatakan bakal menjadi kandidat Pilbup 2020. Termasuk Bupati Kukar Edi Damasnyah. Dia telah menyatakan akan maju sebagai calon petahana.
Selain itu, informasi yang dihimpun IDN Times, Ketua DPW PAN Kaltim Darlis Pattolongi, mantan Camat Tenggarong Tajuddin Noor, dan politikus Partai Golkar Hasanuddin Masud, serta Awang Yacoub Lukman, dan sejumlah nama lainnya bakal maju di Pilbup Kukar 2020. Sementara, dari kalangan perempuan, Novita Ikasari dan Ida Prahastuti, juga menyatakan akan turut mewarnai bursa calon Pilbup Kukar.