Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IDN Times/Yuda Almerio
IDN Times/Yuda Almerio

Samarinda, IDN Times- Momentum hari ulang tahun (HUT) Republik Indonesia kerap membawa laba bagi pedagang bendera merah putih, umbul-umbul dan pernak-pernik kemerdekaan. Sayangnya, sepekan menjelang hari kemerdekaan RI yang ke-74 tahun, para penjual bendera di Samarinda, Kalimantan Timur belum merasakan dampaknya. Bahkan penjualan tahun ini terbilang minim pembeli.

“Selama lima tahun menjual, baru tahun ini sepi,” ucap Ai Zaenab saat ditemui IDN Times, di Jalan PM Noor, Samarinda.

Sebenarnya, Zaenab, bukanlah pedagang asal Samarinda. Dia penjual musiman. Ia rela pindah sementara ke ibu kota Provinsi Kaltim, demi mengejar keuntungan momentum hari kemerdekaan.

“Saya asal Garut, Bandung. Bendera, umbul-umbul dan pernik ini kami bawa dari Bandung,” akunya.

1. Berlayar ke Samarinda mengejar rupiah

IDN Times/Yuda Almerio

Juli 2013 adalah momen pertama kali, ibu dua anak itu menginjakkan kaki di Samarinda. Modalnya bendera dan nekat. Zaenab hanya ditemani dua rekannya saat itu menggunakan kapal laut.

“Di telepon keluarga waktu itu, diminta ke sini (Samarinda). Ya, saya berani saja. Suami juga mengizinkan,” akunya.

Ternyata pilihannya tak salah. Keuntungan berlipat diperoleh, walaupun tak banyak namun dia mengaku bisa menutup modal awal usaha. “Ya, makanya bisa jualan sampai sekarang di Samarinda,” terangnya.

Rupanya, Zaenab tak sendiri. Kawan-kawan lainnya penjual bendera dari Garut rupanya menyebar ke seluruh Indonesia mengejar untung momen kemerdekaan. Ada yang ke Sulawesi, Sumatra, NTT.

“Bahkan ada yang ke pedalaman. Demi memeriahkan momen HUT RI,” katanya.

2. Berharap pindah ke lokasi lama

IDN Times/Yuda Almerio

Dia menilai penjualan menurun banyak sebabnya. Namun yang pasti, salah satunya ialah pemindahan lokasi berjulan. Dahulu, ia dan rekan-rekannya berdagang di Jalan Kusuma Bangsa dan Jalan Pahlawan. Namun mereka pindah ke Jalan PM Noor demi menjaga keindahan kota.

“Makanya, kami harap bisa berjualan di sana (Kusuma Bangsa) lagi. Ini ‘kan momen setahun sekali,” sebutnya.

Dagangan Zaenab beragam, mulai dari bendera dengan ukuran berbeda-beda, umbul-umbul, background hingga bendera kecil. Untuk umbul-umbul panjang 5 meter, harganya Rp30 ribu per lembar.Sedangkan untuk bendera background panjang 10 meter harga Rp400 ribu. Sementara bendera berbagai variasi dan ukuran mulai dari harga Rp 20 ribu hingga Rp70 ribu.

“Dibanding tahun lalu, penjualan tahun ini turun 70 persen. Empat tahun lalu, penghasilan enggak sampai segini,” keluhnya.

Zaenab mengaku, sebelum berjualan mereka selalu minta izin kepada Satpol PP sebagai penegak peraturan daerah. “Makanya kami enggak pernah bermasalah dengan mereka (Satpol PP),” tutur Zaenab yang juga penjual sayur di Pasar Samarang, Bandung.

3. Untung itu rahasia perusahaan

IDN Times/Yuda Almerio

Terpisah,  Widodo juga mengatakan hal senada. Meskipun baru tiga tahun berjualan bendera tapi dia sadar, 2019 adalah momen dengan angka penjualan terendah dibanding dua tahun lalu. “Biasanya sebelum Agustus pembeli sudah datang, namun kali ini tidak. Saya jualan sendiri, bendera dan pernik dikirim dari Jawa,” ujar bapak dua anak itu.

Sebelum berjualan di depan Tepian Hotel, Jalan Pahlawan, Widodo lebih dulu meminta izin dengan Satpol PP. “Tinggal izin sama pengelola hotel saja, mereka memperbolehkan. Ya, alhamdulillah,” katanya.

Dia menuturkan, dari ragam variasi bendera yang dijual, umbul-umbul paling diminati. Selain itu, bendera background juga banyak yang beli. Biasanya dipakai perkantoran.

Harga jual bendera tak terlalu berbeda dari pedagang-pedagang lainnya. Bervariasi sesuai ukuran. Misal, background bendera itu dijual Rp 350 ribu sementara umbul-umbul bisa Rp 40 ribu. Meski demikian, mengenai omzet, Widodo tak mau komentar banyak. “Itu rahasia perusahaan. Yang penting ada buat dapur mengepul,” tutupnya kemudian terkekeh.

Editorial Team