Ibrahim sedang mengeringkan gabahnya di Desa Muara Enggelam (IDN Times/Surya Aditya)
Sementara petani lain, Ibrahim, sedang menjemur gabah yang baru dipanen keluarganya di Danau Melintang ketika ditemui IDN Times. Petani muda itu menata baik-baik gabahnya menggunakan alat garuk berbahan kayu. Aktivitas pengeringan gabah ini ia lakukan di depan rumahnya di Desa Muara Enggelam.
Dijelaskan Ibrahim, warga mulai menanam ketika Danau Melintang memasuki masa surut. Biasanya, air surut terjadi setiap tiga tahun sekali. Sedangkan momen menanam hingga memanen padi berlangsung kisaran tiga bulan. Setelahnya, air akan kembali pasang, tingginya mencapi 7 sampai 8 meter.
“Air surut terjadi sekitar bulan September, dan baru akan naik pada Desember atau Januari,” jelas alumnus Universitas Mulawarman ini.
Ibrahim turut mengisahkan awal masyarakat mulai menanam padi di Danau Melintang. Kata dia, semua bermula pada 1998 silam. Kala itu, hampir seluruh penjuru Tanah Air dilanda kemarau panjang. Tak terkecuali di Muara Wis. Kemarau membuat Danau Melintang mengering.
“Warga kemudian memanfaatkan kekeringan untuk menanam padi di danau ini, dan berhasil,” cerita pria 26 tahun itu.
Berbeda dengan Yuniar, keluarga Ibrahim berencana menjual hasil pertaniannya. Namun harga belum ditentukan. Keluarganya harus menghitung terlebih dulu berapa jumlah beras yang didapat dan berapa modal yang telah dihabiskan. “Biasanya sih Rp10 ribu per kilogram,” sebutnya.